Selasa, 13 Desember 2011

Belajar Mendidik Anak dari Nabi Ibrahim

Belajar Mendidik Anak dari Nabi Ibrahim

Ditengah maraknya metode pendidikan anak yang ditawarkan,  hadir spiritual parenting berazaskan pada metode yang di ajarkan Allah dalam Al Qur’an dan contoh dari Rasulullah. Dalam Islam peran ayah dalam mendidik anaknya ternyata sangat dominan sebagaimana di kisahkan    dalam Al Quran. Di antaranta kisah Nabi Ibrahim yang berdialog dengan Ismail anaknya, Kisah Lukman yang memberikan pelajaran dengan cara yang sangat lembut dan penuh kasih sayang pada anaknya dapat di temui dalam Al Quran .
Talkshow “Spiritual Parenting” yang di selenggarakan oleh PP Salimah, Ibu Nurul Hidayati , ketua Umum PP salimah  mengingatkan kita untuk belajar dari Nabi Ibrahim yang mengajak berdialog anaknya Ismail,   untuk membuat keputusan sendiri dalam hidupnya.
Sebagai mana ayat firman Allah : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. QS. 37:102
Dalam ayat ini terjadi  dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar .
Bagaimana kah cara nya Nabi Ibrahim mendidik anak-anak nya hingga memiliki kesabaran dan ketaat yang sempurna pada Tuhannya ?
Jika orang tua suka memaksa kehendak  pada anak dipastikan akan berdampak tidak baik bagi anak. Dialog orang tua dengan anak adalah metode Qur’ani, membiasakan berdialog dengan anak untuk menentukan keputusan akan membuat anak memiliki harga diri, mampu membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya. Pilihlah waktu yang tepat saat berdialog dengan anak, misalnya setelah anak kenyang setelah makan atau menjelang anak tidur, insya Allah anak akan senang diajak berdialog dengan orang tuanya. Namun orangtua janganlah menjadikan dialog sebagai upaya memaksakan kehendak orang tua .
Mari kita kaji di Al Qura’an surat Ibrahim ayat 37-41, bagaimaa Nabi Ibrahim As berperan sebagai pemdidik utama dalam keluarganya. Beliau adalah orang tua yang banyak mendoakan anak-anak dan keluarganya  dan menyandarkan keharapannya hanya pada Allah.
“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]
Doa di atas adalah do`a Nabi Ibrahim, yang darinya kita dapat memetik beberapa hikmah tentang bagaimana Nabi Ibrahim mendidik putranya .
Pertama ; Mencari, membentuk lingkungan yang baik.
Representasi lingkungan yang shalihah bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid [rumah Allah].  Terdapat nilai lebih jika kita bertempat tinggal dekat dengan masjid atau anak-anak kita lebih sering ke masjid, karena memudahkan mereka mencintai masjid. Bila kita kesulitan menemukan masjid, maka hendaknya kita tetap berusaha mencarikan dan membentuk  lingkungan yang baik bagi putra-putri kita.
Kedua ; Mendidik anak agar mendirikan shalat.
Nabi Ibrahim secara khusus berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan shalat.
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim :40)
Rasulullah saw memberikan arahan tentang keharusan pembelajaran shalat kepada anak,  “Suruhlah anak shalat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak shalat pada usia 10 tahun”. Rasulullah saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak melakukan shalat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini artinya ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk shalat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan shalat.
Ketiga ; Mendidik anak agar disenangi banyak orang.
Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari].
Keempat ;  Mendidik anak agar dapat menjemput rezki yang Allah telah siapkan bagi setiap orang.
Anak dididik untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]
Kelima ;  Mendidik anak dengan mempertebal terus keimanan, hingga merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah kepada mereka.
Keenam ; Mendidik anak agar tetap memperhatikan orang-orang yang berjasa—sekalipun sekadar doa—dan peduli terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada sekarang maupun yang telah mendahuluinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar