Sabtu, 14 Januari 2012

SHEIKH SITI JENAR

Sheikh Siti Jenar adalah tokoh kontroversial sekaligus legendaris dalam sejarah Islam di Jawa karena "pembangkangan tasawufnya" dan mitos kesaktian yang dimilikinya.
Saat pemerintahan kerajaan Islam Sultan Bintoro Demak I (1409 M). Kehadiran Syeikh Siti Jenar ternyata menimbulkan kontraversi. Pandangan Syeikh Siti Jenar yang mengganggap alam kehidupan manusia di dunia sebagai kematian, sedangkan setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejauh, yang mana dia adalah manusia dan sekaligus Tuhan, sangat menyimpang pendapat walisongo, dalil dan Hadits, Siti Jenar dianggap telah merusak ketentraman dan melanggar peraturan kerajaan, yang menuntun dan membimbing orang secara salah. Oleh karena itu legitimasi dari Sultan Demak, diutuslah beberapa wali ke tempat Siti Jenar di suatu daerah desa Krendhasawa. Untuk membawa Siti Jenar ke Demak atau memenggal kepalanya. Akhirnya Syeikh Siti Jenar wafat (ada yang mengatakan dibunuh, ada yang mengatakan bunuh diri).
Nama lain Siti Jenar antara lain seh lemah abang atau lemah abang,seh sitibang,seh sitibrit atau situ abri, Hasan Ali dan Sidi Jenar. Keberadaan Siti Jenar diantara wali wali berbeda beda. Syeikh Siti Jenar yang mengaku mempunyai sifat sifat dan sebagai dzat Tuhan, dimana sebagai manusia mempunyai 20 sifat dikumpulkan didalam budi lestari yang menjadi wujud mutlak dan disebut dzat, tidak ada asal usul serta tujuannya.
Syeikh Siti Jenar menganggap dirinya inkranasi dari dzat yang luhur, bersemangat sakti dan kebal dari kematian, manunggal denganNya. Segala sesuatu yang terjadi adalah ungkapan dari kehendak Dzat Alloh, maha suci, sholat 5 waktu dengan memuji dan dzikir adalah kehendak pribadi manusia dengan dorongan dari badan halusnya. Wujud lahiriya h Siti Jenar adalah Muhammad, mewakili kerosulan, Muhammad bersifat suci, sama sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat pancaindera.
Syeikh Siti Jenar mengetahui segala galanya sebelum terucapkan melebihi makhluk lain (kaweruh sakdurunge minarah) karena itu ia juga mengakui sebagai Tuhan. Siti Jenar yang berpegang pada konsep bahwa manusia adalah jelmaan Dzat Tuhan. Maka ia memandang alam semesta sebagai makrokosmos sama dengan mikrokosmos. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang mana jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan dan raga adalah bentuk luar dari jiwa dengan dilengkapi pancaindera maupun organ tubuh.
Syeikh Siti Jenar memandang bahwa pengetahuan tentang kebenaran ketuhanan diperoleh manusia bersamaan dengan penyadaran diri manusia itu sendiri. Dalam pandangan Siti Jenar Tuhan adalah dzat yang mendasari dan sebagai sebab adanya manusia, flora, fauna dan segala yang ada, sekaligus menjiwai sebagai sesuatu yang berwujud, yang keberadaan yang tergantung pada adanya dzat itu. Ini dibuktikan dari ucapan Syeikh Siti Jenar bahwa dirinya memiliki sifat sifat Tuhan.
Kaitan ajaran Syeikh Siti Jenar dengan manunggaling kawulo Gusti tidak ada secara eplisit yang menyimpulkan bahwa ajarannya itu adalah Manunggaling kawulo Gusti, yang merupakan asli bagian dari budaya Jawa. Sebab manunggaling kawulo Gusti khususnya dalam konteks religio spiritual. Manunggaling kawulo Gusti adalah tataran yang dapat dicapai tertinggi manusia dalam meningkatkan kualitas dirinya. Tataran ini adalah Insan kamilnya kaum muslimin. Kalau misalnya dengan kekhusu'an manusia semedi malam ini, ia memperoleh pengalaman mistik atau pengalam religius yang disebut manunggaling kawulo Gusti, sama sekali tidak ada dan manfaatnya kalau besok atau lusa lantas menipu atau mencuri atau tindakan tindakan tercela. Kisah Dewa Ruci adalah yang menceritakan kejujuran dan keberanian membela kebenaran yang tanpa kesucian tak mungkin Bima berjumpa Dewa Ruci.
Manunggaling kawulo Gusti bukan ilmu melainkan hanya suatu pengalaman yang sendirinya tidak ada masalah boleh atau tidak boleh, tidak ada ketentuan. Menurut Sunan Giri faham Syeikh Siti Jenar belum boleh diajarkan kepada masyarakat luas, sebab mereka bisa bingung apalagi saat itu masih banyak orang yang masuk Islam. Sebagaimana seperti percakapan Siti Jenar dengan Sunan Giri:
Pedah punapa mbibingung, ngangelaken ulah ngelmi, njeng Sunan ngandiko, Bener kang koyo sireki, nanging luwih kalupatan, wong wadheh ambuka wadi. Telenge bae pinulung, pulunge tampa aling aling, kurang waskitha ing cipta, lunturing ngelmu sejati, sayekti kanthi nugraha, tan saben wong anampani.
Artinya:
Syeikh Siti Jenar berkata: untuk apa kita membuat bingung, untuk apa kita mempersulit ilmu? sunan Giri berkata: bener yang anda ucapkan, tetapi anda bersalah besar, karena berani membuka ilmu rahasia secara tidak semestinya. Hakekat Tuhan langsung di ajarkan tanpa ditutupi, itu tidaklah bijaksana. Semestinya ilmu itu hanya di anugerahkan kepada mereka yang benar benar telah matang. Tak boleh diberikan begitu saja kepada setiap orang.
IMAM AL GHOZALI
(450-505 H)
Nama lengkap al Ghozali adalah Zainudin Hujatul Islam Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad al Ghozali. Beliau dilahirkan dikota Thos, di khurasan 10 mil dari Nisabur, Persia, pada tahun 450 H. Beliau belajar fiqih pada ulama fiqih Syafi'i yang besar, Immamul Haraini Abul 'Ali al Juwaini (wafat 478 H) di Neseri Nisabur, Persia.
Imam Ghozali juga ikut mengajar pada sekolah tinggi Syafi'iyah an Mizhmiyah di Baghdad tahun 484 H. Imam Ghozali seorang 'alim besar. Majelis pengajiannya diberi nama oleh orang dengan julukan "Majelis 300 sorban besar". Beliau selain ahli fiqih juga ahli tasawuf yang tak ada tandingannya ketika itu. Kitabnya dalam tasawuf ialah kitab: Ihya Ulumuddin yang terkenal dan sekarang dipakai ulama dalam dunia Islam.
Dalam fiqih Syafi'i beliau mengarang kitab kitab al-Wasith, al-Basith dam al-Wajiz yang sampai sekarang terpakai pada sekolah sekolah Syafi'iyyah. Imam Ghozali mengarang kurang lebih 47 buah kitab, dari berbagai ilmu pengetahuan, bukan saja Ilmu Fiqih tetapi juga Ilmu usul fiqih, ilmu tasawuf, ilmu filsafat, Ilmu al-Qur an dan lain lain. Imam kelaspGhozali begitu luas dan dalam Ilmunya, tetapi dalam ilmuny fiqih masih mengikuti Imam Syafi'i. Karangan karangan kitab Imam Ghozali diantaranya:
1. Ihya Ulumuddin
2. Tahafutul Falasifah
3. Al Iqtisad Fil I'tiqad
4. Al Munqidz Minad Dalal
5. Jawahiril Quriin
6. Mizanul 'Amal
7. Al Maqshodul Asna Fi Ma'an Asamil Husnah
8. Faisahlut Thoriqoh Bainal Islam waz Zindiqoh
9. Al Qisthosul Mustaqim
10. Al Mustazhari
11. Hujatul Haq
12. Mufshilul Khilaf
13. Kimiayaus Sa'adah
14. Kitabul Basith
15. Al Wasith
16. Al Wajiz
17. Khulasatul Mukhtasar
18. Yaqutut Ta'wil Fi Tafsir Tanzil (40 jilid)
19. Al Mushtashfa
20. Al Mankhul
21. Al Muntaha Fi Ilmi Jidat
22. Mi'yarul Ulum
23. Al Maqoshid
24. Al Madanun
25. Misykatul Anwar
26. Mahkun Nadhar
27. Tilbisu Iblis
28. Nashihatul Muluk
29. Ad Durarul Fakhiroh
30. Anisul Wahdah
31. Al Qurba Ilalloh
32. Akhlaqul Abroor
33. Bidayatul Hidayah
34. Al Arba'in Fi Usuluddin
35. Az Zari'yah
36. Al Mabaadi Rual Khayaat
37. Talbisu iblis
38. Nashihatul Muluk
39. Syifa'ul 'Alim
40. Iljamut 'Awam
41. Al Intishar
42. Al 'Ulumuddiniyah
43. Ar Risatul Qudsiyah
44. Itsbatun Nadhar
45. Al Ma'khodl
46. Al Qoulul Jamil
47. Al Maali
Imam Ghozali telah meninggalkan nama dan jasa yang sangat berharga bagi umat Islam seluruhnya.
IMAM BUKHORI
Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama Islam adalah Al Quran dan Hadits. Selain sebagai sumber hukum, Al Quran dan Hadits juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Isyarat sampai kepada ilmu yang mutakhir telah tercantum didalamnya. Oleh karenanya siapa yang ingin mendalaminya maka tidak akan ada habis habisnya keajaibannya.
Untuk mengetahui Hadits Hadits Nabi maka salah satu dari beberapa penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui profil atau sejarah orang orang yang mengumpulkan Hadits, yang dengan jasa jasa mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan Rosululloh untuk beribadah seperti yang di contohkannya.
Abad ketiga Hijriyah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau menghimpun Hadits Nabi di dunia Islam. Waktu itulah hidup enam penghimpun ternama Hadits Shohihnya yaitu:
Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, Imam Ibnu Majah.
Adapun urutan pertama yang paling terkenal diantara 6 tokoh tersebut diatas adalah Amirul Mu'minin Fil Hadits ( pemimpin orang mukmin dalam Hadits ) suatu gelar ahli Hadits tertinggi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdulloh Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah. Abu Abdulloh Muhammad bin Ismail terkenal kemudian sebagai Imam Bukhori, lahir di Bukhara pada 13 Syawwal 194 H ( 21 Juli 810 M ) cucu seorang Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah adalah pemeluk Majusi agama kaumnya. Kemudian putranya al-Maghirah memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al-Ja'fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu wala dinisbatkan kepadanya, karena itulah ia dikatakan " al-Mughirah al-Ja'fi ".
Mengenai kakeknya, Ibrahim tidak terdapat data yang menjelaskan. Sedangkan ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli Hadits. Ia belajar Hadits dari Hammad bin Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipasarkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu kti putranya, Imam Bukhori, membuat biografinya dalam at-Tarikh al-kabir. Ayahnya Bukhori disamping sebagai orang berilmu ia juga sangat wara' (menghindari yang subhat/meragukan dan haram) dan takwa. Di ceritakan bahwa ketika menjelang wafatnya ia berkata: " Dalam harta yang kumiliki sidak terdapat sedikitpun uang yang haram maupun yang subhat". Dengan demikianlah Bukhori hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu. Tidak heran jika ia lahir dan mewarisi sifat sifat dari ayahnya itu.
Imam Bukhori di lahirkan di Bukhara setelah sholat Jum'at. Tak lama setelah bayi yang lahir itu membuka matanya, ia pun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih hati. Ibunya yang sholeha menangis dan selalu berdoa ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu bermimpi di datangi Nabi Ibrahim yang berkata: "Wahai ibu, Alloh telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali, semuanya itu berkat do'amu yang tiada henti hentinya". Ayahnya meninggal di waktu Imam Bukhori masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan di didik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Keunggulan dan kejeniusan Imam Bukhori sudah nampak semenjak masih kecil. All oh menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewah menghafal Hadits. Ketika berusia 10 tahun ia sudah banyak menghafal Hadits. Pada usia 16 tahun ia bersama ibunya dan abang sulungnya mengunjungi berbagai kota suci. Dalam usia 16 tahun ia sudah hafat kitab Sunan Ibnu Mubarok dan Waki, juga mengetahui pendapat pendapat ahli Ra'yi (penganut faham rasional) dasar dasar dan mahdzabnya.
Tahun 210 H Bukhori berangkat menuju Baitulloh untuk menunaikan ibadah gaji, di sesuai ibu dan saudaranya, Ahmad. Statearan yang lebih tua ini kemudian kembali ke Bukhoro, sedang Bukhori sendiri memilih Makkah sebagai tempat tinggalnya. Makkah merupakan salah satu tempat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu Bukhori, ia pergi ke Madinah. Dikedua tanah suci itulah ia menulis sebagian karya karyanya dan menyusun dasar dasar kitab Al-Jami' as-Shohih dan pendahuluannya.
Ia menulis Tarikh Kabirnya di dekat makam Nabi Muhammad SAW dan banyak menulis diwaktu malam hari yang terang bulan. Kemudian ia pun memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Dalam perjalanan ke Berbagai mengeri hampir semua negeri Islam telah ia kunjungi sampai keseluruh Asia Barat. Diberitakan bahwa ia pernah berkata: "saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing masing dua kali, ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz ( Makkah dan Madinah ) selama 6 tahun.
Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu Imam Bukhori senantiasa menghimpun Hadit Hadits dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Ia merawi Hadits dari 80000 perawi dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat menghafal Hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya. Kemasyhuran Bukhori segera mencapai bagian dunia Islam yang jauh dan kemanapun ia pergi selalu di elu elukan. Pada tahun 250 H, Imam Bukhori mengunjungi Naisabur. Kedatangan disambut gembira oleh para penduduk juga gurunya, al-Zihli dan para ulama lainnya.
Imam Bukhori wafat pada malam Idul Fithri tahun 255 H (31 Agustus 870 M) dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar di kafani 3 helai kain, tanpa baju dalam dan tak memakai sorban. Peran itu di laksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Jenazahnya di kebumikan lepas Dhuhur, hari Saya Idul Fithri, sesudah melewati perjalanan hidup panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia. Semoga Alloh melimpahkan Rahmad dan Ridhonya.
Pengembaraannya ke berbagai negeri telah mempertemukan dengan guru guru berbobot dan dapat dipercaya yang mencapai jumlah sangat banyak. Diantara guru guru besar itu adalah : Ali Ibnu al-Madini, Ahmad Ibnu Hanbal, Yahya Ibnu Ma'in, Muhammad Ibnu Yusuf al-Faryabi, Maki Ibnu Ibrahim al-Bakhi, Muhammad Ibnu Yusuf al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih.
Guru guru yang Haditsnya diriwayatkan dalam kitab shohihnya sebanyak 289 orang guru.
Karena kemasyhurannya sebagai seorang alim yang jenius sangat banyak muridnya yang belajar dan mendengar langsung Haditsnya dari dia. Diantara sekian banyak muridnya yang paling menonjol adalah: Muslim bin al-Hajjaj, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abu Dawud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim bin Ma'qii al-Nasafi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi.
Imam Bukhori adalah seorang yang berbadan kurus, berpawakan sedang tidak terlalu tinggi juga tidak pendek, kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali makan. Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan cinta akherat. Imam Bukhori sangat hati hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari kebenaran yang hakiki disaat mengkritik para parawi. Meskipun ia sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak meninggalkan Hadits yang diriwayatkan seseorang hanya karena orang itu diragukan. Selain dikenal sebagai ahli Hadits Imam Bukhori juga sebenarnya adalah ahli dalam fiqih. Dia mempunyai pendapat pendapat yang digalinya sendiri. Pendapat pendapat itu terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah terkadang sesuai dengan madzhab Syafi'i dan kadang kadang berbeda dengan keduanya. Jadi kesimpulan Imam Bukhori adalah seorang ahli Hadits dan ahli fiqih yang berijtihad sendiri.
Diantara hasil karya Imam Bukhori adalah:
Al Jami' as-Shohih
Al Adab al-Mufrod
At-Tarikh as-Shoghir
At-Tarikh al-Awsat
At-Tarikh al-Kabir
Al-Musnad al-Kabir
Kitab al-'Ilal
Raf'ul Yadain Fis Salah
Birrul Walidain
Kitab al-Asyribah
Al-Qiro'ah Khalf al-Imam
Kitab ad-Du'afa
Asami as-Sahabah
Kitab al-Kuna
IMAM MUSLIM

Imam Muslim, penghimpun dan penyusun Hadits terbaik kedua setelah Imam Bukhori. Nama lengkapnya Imam Muslim adalah: Imam Abul Husain al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. Ia belajar Hadits sejak masih dalam usia dini yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan negara negara lainnya. Ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih di kota Khurasan. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Di Irak ia berguru kepada Ahmad bin Hambal dan Abdulloh bin Muslamah, di Mesir ia berguru kepada 'Amr bin Sawad dam Harmalah bin Yahya. Muslim berkali kali mengunjungi Baghdat untuk belajar kepada ulamat ahli Hadits dan kunjungannya yang berakhir pada tahun 299 H, di waktu Imam Bukhori datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru.

Imam Muslim wafat pada hari Minggu sore dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin 25 Rojab 261 H dalam usia 55 tahun. Selain guru yang telah disebutkan diatas, Muslim masih mempunyai ulama yang menjadi gurunya diantaranya: Usman dan Abu Bakar keduanya putra Abu Syaibah, Syaiban bin Farwakh bin Habr, Amr an-Naqid, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa'id al-Ayli, Qurtaibah bin Sa'id.

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit diantaranya:
Al Jami' ash-Shohih (shohih muslim)
Al Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama nama para perawi)
Kitabul Asma' wal Kuna
Kitab Al 'Ilal
Kitabul Aqron
Kitabu Su'alatihi Ahmad bin Hambal
Kitabul Intifa' bin Uhubis Siba'
Kitabul Muhadromin
Kitabu Man larsa lahu ila Rawin Wahid
Kitab Auladis Sahabah
Kitab Awhamil Muhadditsin
Kitab Shohih Muslim

Diantara kitab kitab diatas yang paling agung dan sangat bermanfaat luas, serta masih beredar hingga kini adalah al-Jami' ash-Shohih, terkenal dengan Shohih Muslim. Imam Muslim telah menggerakkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan hati hati dalam menggunakan lafadz lafadz dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafadz lafadz itu. Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, dimana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah di dengarnya.

Ketelitian dan kehati hatian Muslim terhadap Hadits yang di riwayatkan dalam Shohihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu Hadits dalam kitab aku ini melainkan dengan alasan, juga tiada aku menggugurkan sesuatu Hadits dari padanya melainkan dengan alasan pula". Imam Muslim di dalam penulisannya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskahnya Shohih Muslim yang sudah dicetak sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Diantara pengulas yang paling baik membuat judul judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi.
IMAM ABU DAWUD
Imam Abu Dawud yang juga merupakan tokoh kenamaan ahli Hadits pada zamannya. Nama lengkapnya adalah: Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli Hadits yang sangat teliti. Ia dilahirkan pada tahun 202 H / 817 M di Sijistani. Sejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai Ilmu dan para ulama bergaul dengan mereka untuk mereguk dan menimba ilmunya. Ia belajar Hadits dari para ulama yang tidak sedikit banyak jumlahnya yang dijumpainya di: Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Abu Dawud mengunjungi Baghdad ber kali kali. Disana ia mengajarkan Hadits dan fiqih kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan Gubernur setempat, yang menghendaki supaya Basrah menjadi "KA'BAH" bagi para ilmuwan dan peminat Hadits.
Diantaranya guru Imam Abu Dawud yang paling terkemuka adalah: Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdulloh bin Raja', Abul Walid at-Tayalisi dan lain lain. Ulama ulama yang mewarisi Hadits dan mengambil ilmunya antara lain : Abu 'Isa at-Tirmizi, Abu Abdur Rohman an-Nasa'i, putranya sendiri, Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Darsah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi.
Abu Dawud mempunyai pandangan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi kalau dibuat lebar hanyalah berlebih lebihan.
Setelah mengalami kehidupan penuh berkat yang disisi dengan aktivitas ilmiah, penghimpun dan menyebar luaskan Hadits, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H / 889 M. Imam Abu Dawud banyak memiliki karya antara lain:
Kitab as-Sunnant(Sunan Abu Dawud)
Kitab al-Marasil
Kitab Al Qodar
An Nasikh Al Mansukh
Fada'il al-A'mal
Kitab az-Zuhd
Dala'il an Nubuwah
Ibtida' al-Wahyu
Ahbar al-Khowarij
Diantara karya karya tersebut yang paling bernilai tinggi dan masih tetap masih tetap beredar adalah kitab Sunan Abu Dawud
IMAM TURMUDZI
Setelah Imam Bukhori, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud kini giliran Imam Turmudzi, ia juga merupakan tokoh akhli Hadits dan penghimpun Hadits yang terkenal. Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafiz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sawrah bin Musa bin ad-Dahhak Sulami at-Turmudzi. Ia lahir pada tahun 279 H di kota Tirmiz.
Ia belajar dan meriwayatkan Hadits dari Ulama ulama kenamaan. Diantaranya adalah Imam Bukhori, kepadanya ia mempelajari Hadits dan Fiqih. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Turmudzi belajar pula Hadits dari sebagian guru mereka. Guru lainnya adalah:
Qutaibah bin Saudi Arabia, Ishak bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdur Rohman, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni, Muhammad bin al-Musannah dan lain lain.
Hadits dan ilmu ilmunya di pelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama diantaranya:
Makhul ibnul Fadl, Muhammad bin Mahmud anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Muhammad bin Mahmud al-Mahbuai dan lain iain.
Imam Turmudzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam Hadits, kesholehannya dan ketakwaannya. Para ulama besar telah memuji dan menyanjung. Al Hafiz Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban, kritikus Hadits, menggolongkan Turmudzi ke kelompok Siqot atau orang orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Turmudzi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan Hadits, menyusun kitab, menghafal Hadits dan bermudzakaroh (berdiskusi) dengan para ulama".
Imam Turmudzi disamping ahli dan penghafal Hadits yang mengetahui kelemahan kelemahan dan perawi perawinya, ia juga dikenal sebgai ahli fiqih yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Imam Turmudzi banyak menulis kitab kitab diantaranya:
1. Kitab Al Jami' terkenal dengan sebutan Sunan at Turmudzi
2. Kitab Al 'Ilal
3. Kitab at-Tarikh
4. Kitab asy-Syama 'Ilan Nabawiyyah
5. Kitab az-Zuhd
6. Kitab al-Asma' Wal Kuna
Diantara kitab kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al Jami'.
Kitab Al Jami' adalah salah satu kitab karya Imam Turmudzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolong salah satu Kutubus Sittah (enam kitab pokok bidang Hadits). Al Jami' ini terkenal dengan nama Jami' Turmudzi, dinisbatkan sebagai penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Turmudzi. Namun nama pertamalah yang populer.
Setelah selesai menyusun kitab ini, Turmudzi memperlihatkan kepada ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Imam Turmudzi di dalam Al Jami' nya tidak hanya meriwayatkan Shohih semata, tetapi juga meriwayatkan Hadits Hadits Hasan, Dho'if, Ghoib, dan Mu'allal dengan menerangkan kelemahannya. Diriwayatkan bahwa ia pernah berkata: "semua Hadits terdapat dalam kitab ini adalah dapat di amalkan". Oleh karena itu sebagian besar ahli ilmu menggunakan (sebagai pegangan) keculi dua buah Hadits yaitu:
Pertama yang artinya
Sesungguhnya Rosululloh RAW menjamak sholat Dhuhur dengan Ashar dan Magrib dengan Isya, tanpa adanya sebab takut dan dalam perjalanan.
Kedua yang artinya:
Jika ia peminumu khamar minum lagi pada yang ke empat kalinya maka bunuhlah dia.
Kedua Hadits ini adalah mansukh dan Ijma ulama menunjukan demikian. Sedangkan mengenai sholat di jamak dalam Hadits diatas, para ulama berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebagian besar pendapat boleh hulunya melakukan sholat jamak dirumah selama tidak di jadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqih dan ahli Hadits juga Ibnu Munzir.
Hadits Hadits Do'if dan Mungkar yang terdapat dalam kitab ini, umumya hanya menyangkut Fada'il al-Amal (anjuran melakukan perbuatan perbuatan kebajikan). Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan persyaratan bagi meriwayatkan dan mengamalkan Hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi Hadits Hadits tentang Halal dan Haram.
Imam Nasa'i
Imam Nasa'i adalah seorang imam ahli Hadits Syaikhul Islam sebagaimana az-Zahabi dalam Tazkirah nya. Abu Abdur Rohman Ahmad bin 'Ali bin Syua'aib 'Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Qodi, pengarang kitab sunan dan kitab kitab berbagai lainnya. Imam Nasa'i di lahirkan disebelah tempat bernama Nasa' pada tahun 215 H, ada yang mengatakan pada tahun 214 H. Ia lahir dan tumbuh berkembang di Nasa', sebuah kota di Khurasan yang banyak melahirkan ulama ulama dan tokoh tokoh besar. Setelah meningkat remaja, ia senang mengembara untuk mendapatkan Hadits. Nasa'i cocok tinggal di mesir. Karenanya ia kemudian menetap di negeri itu hingga setahun menjelang wafatnya. Kemudian ia berpindah ke Damsyik. Ditempat yang baru ini ia mengalami suatu peristiwa tragis yang menyebabkan ia menjadi syahid. Tidak ada kesepakatan pendapat tentang dimana ia meninggal dunia. Imam Daraqutni menjelaskan bahwa di saat mendapat cobaan tragis di Damsyik itu ia meminta supaya di bawa ke Makkah. Permohonan ini dikabulkan dan ia meninggal di Makkah kemudian di kebumikan di suatu tempat antara Shofa dan Marwah.
Imam az-Zahabi tidak sependapat dengan pendapat diatas. Menurutnya yang benar adalah bahwa Nasa'i meninggal dunia di Ramlah, suatu tempat di Palestina. Ibnu Yunus dalam tarikhnya setuju dengan pendapat ini. Selain pendapat ini menyatakan bahwa ia meninggal di Ramlah, tetapi yang jelas ia dikebumikan di Baitul Maqdis. Ia wafat pada tahun 303 H. Ia bermuka tampan. Warna kulitnya kemerah merahan dan ia senang mengenakan pakaian garis garis buatan Yaman. Ia adalah seorang yang banyak melakukan ibadah. Ia sering ikut bertempur bersama sama dengan Gubernur Mesir. Ia tak saja ahli dan hafal Hadits, mengetahui para perawi dan kelemahan kelemahan Hadits yang diriwayatkan, tetapi ia juga ahli fiqih yang berwawasan luas. Ia bermadzhab Syafi'i dan ia mempunyai kitab manasik yang ditulis berdasarkan madzhab Safi'i Rohimahulloh.
Imam Nasa'i telah menulis beberapa kitab besar yang tidak sedikit jumlahnya diantaranya:
1. As Sunanul Kuba
2. As Sunanus Sughro, terkenal dengan nama Al Mujtaba
3. Al Khasa'is
4. Fada'ilus Sahabah
5. Al Manasik
Diantara karya karya tersebut yang paling besar dan bermut adalah As Sunan.

IMAM IBNU MAJAH
Ibnu Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati dengan kelulusannya, dapat dijadikan argumentasi pendarat pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadits. Imam Ibnu Majah dilahirkan di Qaswintrada tahun 209 H dan wafat pada tanggal 22 Ramadan 273 H. Jenazahnya di sholatkan oleh saudaranya, Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdulloh serta putranya, Abdulloh.
Ibnu Majah berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan. Ia belajar dan meriwayatkan Hadits dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdulloh bin Numair, Hisyam bin 'Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al- Azhar, Bisyr bin Adan dan ulama ulama besar lainnya. Imam Ibnu Majah mempunyai banyak karya tulis diantaranya:
1. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu enam kitab Hadits yang pokok.
2. Kitab Tafsir Al Qur an, sebuah kitab Tafsir yang besar manfaatnya.
3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masanya.
Sebagian ulama yang lain menetapkan bahwa kitab kitab Hadits yang pokok ada 6 kitab (kutubus sittah) yaitu:
1. Shohih Bukhori, karya Imam Bukhori
2. Shohi Muslim, karya Imam Muslim
3. Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud
4. Sunan Nasa'i, karya Imam Nasa'i
5. Sunan Turmudzi, karya Imam Turmudzi
6. Sunan Ibnu Majah, karya Imam Ibnu Majah
Ulama pertama yang memandang Sunan Ibnu Majah sebagai kitab ke 6 adalah al-Hafiz al-Maqdisi (wafat pada tahun 507 H) dalam kitabnya dan dalam risalahnya Syurutul 'A'immatis Sittah. Pendapat itu kemudian diikuti oleh al-Hafiz 'Abdul Gani bin al-Wahid al-Maqdisi (wafat tahun 600 H) dalam kitabnya al-Ikmal Fi Asma' ar-Rijal. Selanjutnya pendapat mereka ini di ikuti pula oleh sebagian besar ulama yang kemudian.
Sunan Ibnu Majah memuat Hadits Hadits shohih, hasan,dan dho'if (lemah) bahkan Hadits Hadits mungkar dan maudu' meskipun dalam jumlah sedikit. Martabat Sunan Ibnu Majah ini berada di bawah martabat kutubul khomsah (lima kitab pokok). Hal ini karena kitab sunan ini yang paling banyak Hadits Hadits dho'if didalamnya. Ibnu Majah telah meriwayatkan beberapa buah Hadits dengan sanad tinggi (sedikit sanadnya), sehingga antara dia dengan Nabi Muhammad SAW hanya terdapat tiga perawi. Hadits semacam inilah yang dikenal dengan sebutan Sulasiyyat.
IMAM NAWAWI
Nama beliau adalah Muhyidin Abu Zakaria Yahya bin Syirfu al-Nawawi. Dilahirkan di Nawa sebuah wilayah di Damsyik, Syam pada bulan Muharrom tahun 631 H. Kebolehan menghafal Al Quran sejak kecil. Pada tahun 649 H ketika berusia 19 tahun telah pergi ke kota Baghdad untuk belajar.

Karangannya adalah banyak diantara kitabnya yang begitu populer adalah Matan al-Arbain (hadits 40), Riyadhus Sholihin, Syarah Sohih Muslim dan al-Adhkar. Di Indonesia nama beliau terkenal dengan kitabnya "Minhajut Tholibin", sebuah kitab fiqih dalam madzhab Syafi'i yang banyak dipelajari di sekolah sekolah dan pesantren pesantren di tanah air.

Kehidupan Imam Nawawi dihabiskan kepada bakti dan khidmat suci terhadap penyebaran dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Seorang yang begitu bertakwa menurut arti kata sepenuhnya, wara'nya dan keberhasilan jiwanya. Sepanjang hayatnya senantiasa Istiqomah dalam menjalankan kewajiban menyebarkan ilmu dengan mengajarkan dan mengarang.

Beliau pernah diusir keluar dari negeri Syam, oleh Sultan al Malik al Zahir, yang tidak senang akan fatwa yang dikeluarkan olehnya. Beliau bukanlah seorang ulama yang mencari keberanian untuk dirinya saja, beliau hidup didalam masyarakat. Beliau tidak menjual ilmu yang dimiliki dengan harta benda dunia. Beliau mencurahkan ilmu kepada masyarakat umat. Beliau memimpin umat bukan umat yang memimpin beliau. Mengeluarkan fatwa tanpa memandang siapa, walaupun fatwanya itu menyusahkan kedudukannya.

Sepanjang hayatnya banyak menulis mengarang mengajar dan menasehati. Inilah mengangkat ketinggian pribadinya dan dikagumi. Imam Nawawi pada tanggal 24 Rojab 676 H wafat, dimakamkan di Nawa. Setelah sekian lama beliau hidup dengan membujang di tengah tengah suasana masyarakat Damsyik, dan telah berjaya menyumbangkan tenaga fikiran dan ilmunya kepada agama Islam. Kitab kitab Imam Nawawi yang terkenal diantaranya:
1. Sarah Sohih Muslim
2. Riyadhus Solihin
3. Al Adzkaar
4. Al Tibyan Fi Adab Hamalat Al Qur_an
5. Al Irsyad wa al Taqrib fi 'Ulum al Hadith.
6. Al Aidah Fi Manasik al Hajj
7. Al Majmu' Syarah Muhazzab
8. Ar Raudah
9. Tahdhib al Asma' wa al Lughat
10. Al Minhajut Tholibin
11. Matan al Arbain

Menurut riwayat bahwa apabila Sultan Malik al Zahir telah mengadakan persiapan perang untuk memerangi orang tar tar (mongol) lalu digunakan fatwa ulama yang mengharuskan mengambil harta rakyat untuk kepentingan perang melawan musuh. Ulama fiqih Syam telah menulis menerangkan fatwa tersebut, tetapi Sultan Al Malik belum merasa senang hati kalau Imam Nawawi tidak memberi fatwanya. Lalu Sultan al Malik bertitah: "Masih adakah lagi orang lain". "Masih ada, Imam Nawawi". Demikian jawaban yang disampaikan kepada Sultan al Malik.

Kemudian Sultan al Malik menjemput Imam Nawawi dan meminta beliau memberi fatwanya bersama ulama fiqih mengenai pengambilan harta rakyat itu peperangan. Beliau berterus terang tidak mau memberi fatwanya dan enggan. Sultan al Malik bertanya: "Apakah sebabnya beliau enggan?". Lalu beliau memberi penjelasan. Beliau dalam penjelasan Sultan al Malik menerangkan sebagai bersikut: Ampun tuanku adalah patik sememangnya mengetahui dengan sesungguhnya bahwasannya tuanku dulunya adalah seorang tawanan tidak ada sebarang harta benda. Tetapi pertolongan Alloh telah dilimpahkan kurnianya kepada tuanku dengan dijadikan tuanku seorang raja.

Kesimpulannya beliau berfatwa tidak membenarkan Sultan Malik mengambil harta rakyat selama kekayaannya sendiri masih dapat dipergunakan. Sultan al Malik murka kepadanya karena fatwanya yang amat menggemparkan sehingga Sultan al Malik mengeluarkan perintah, supaya beliau segera keluar dari Damsyik. Imam Nawawi terima saja perintah pengusirannya itu dengan nada tenang, lalu beliau keluar ke Nawa. Para ulama syam telah berusaha menjemput beliau untuk balik ke Damsyik, tetapi beliau enggan dengan berkata: "Saya tidak akan balik ke Damsyik selama Sultan al Malik masih berkuasa".
MAULANA JALALUDDIN RUMI
Jalaluddin
Maulana (Tuan kami) Jalaluddin Rumi, salah satu guru sufi terbesar dan termasyhur, lahir di kota Balkh, Persia Utara, pada tanggal 6 Robi'ul Awwal thn 604 H, 29 Setember 1207 M. Beliau berasal dari keluarga ulama besar dan menurut riwayat masih keturunan Kholifah Islam pertama, Abu Bakar Shiddiq RA. Kakeknya, Jalaluddin Husain al Khotib adalah sarjana yang begitu di hormati sehingga Sultan Muhammad Khwarizm Shoh, mengawinkannya dengan anak perempuannya, ayah Jalaluddin Syeikh Bahauddin Walad, juga dikenal sebagai seorang ulama besar di zamannya.
Pada tahun 1202 M ketika Jalaluddin Rumi berusia 5 tahun secara mendadak ayahnya meninggalkan Balkh dengan membawa serta ratusan anggota keluarga dan pengikutnya berimigrasi besar besaran ke arah Barat. Kepindahan mereka kemungkinan di sebabkan oleh ancaman serangan tentara Mongol yang akan menyerbu kawasan tersebut. Saat rombongan besar ini melewati kota Nishapur, Syeikh Bahauddin sempat bertamu ke kediaman Syeikh Fariduddin Attar, seorang sufi yang tinggal di kota tersebut. Diriwayatkan bahwa Syeikh Fariduddin memeluk Jalaluddin Rumi kecil, dan meramalkan kebesaranya, mendoakan, serta memberi salinan dari kumpulan sajaknya "ASRAR NAMA".
Dari Nishapur, Syeikh Bahauddin terus ke Baghdad dan menetap selama tiga tahun, sebelum meneruskan ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, kemudian ke Zanjan dan tinggal selama setahun disana. Mereka pindah lagi ke utara hingga ke Turki (Rum) dan menetap di kota Malatya selama tujuh tahun. Disini Jalaluddin Rumi menikah dengan seorang wanita bernama Gauher Khatun yang kelak melahirkan dua putra Jalaluddin, Sultan Walad dan Alauddin. Penguasa Turki, Seljuk saat itu, Alauddin Kaikobad adalah seorang pengagum Syeikh Bahauddin dan mendengar kedatangannya Syeikh Bahauddin ke Rum, ia pun mengundangnya untuk tinggal di Konya ibu kota kerajaan Seljuk. Syeikh Bahauddin menyetujui undangan itu dan pada tahun 1229 M, berangkatlah ia beserta keluarganya untuk pindah ke Konya. Setibanya mereka disana, raja Seljuk dan bawahannya langsung menyambut Syeikh Bahauddin di luar kota dan mengiringinya dengan berjalan kaki. Syeikh Bahauddin wafat di kota ini dua tahun kemudian. Sekitar tahun itulah seorang bekas murid Syeikh Bahauddin ketika masih di Balkh, yang bernama Burhanuddin Muhaqqiq, datang di kota Konya dan menjadi pembimbing Jalaluddin Rumi. Diriwayatkan bahwa di bawah pengaruh Burhanuddin, Jalaluddin mulai di perkenalkan pada ajaran ajaran Tasawuf.
Jalaluddin Rumi selanjutnya merantau ke Aleppo pada tahun 1242 M, untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi di perguruan Al-'Alawwiyah, ia menetap disana. Dari Aleppo, Jalaluddin melanjutkan pendidikannya ke peguruan al-Muqodasiyah di Damaskus. Jalaluddin selanjutnya tumbuh menjadi seorang sarjana besar dan mendapat banyak pengikut yang datang dari berbagai pelosok dunia Islam. Pribadinya yang menarik membuat jumlah muridnya semakin bertambah hingga 4000 orang. Disaat Jalaluddin mencapai kemasyhuran tersebut datanglah di kota Konya seorang sufi pengembara bernama Muhammad bin Ali bin Malik Daad, yang selanjutnya dikenal sebagai Syamsuddin at-Tabriz. Kebetulan salah seorang murid Jalaluddin sering mendengarkan ajaran ajaran Syamsuddin at Tabriz. Dalam pandangan murid tersebut ajaran Syamsuddin tampak sangat bertentangan dengan apa yang didapatkan dari Jalaluddin Rumi. Merasa pemasaran, sang murid kemudian pada suatu saat mengajak Syamsuddin at Tabriz mendatangi salah satu kuliah Jalaluddin untuk mendengarkan ajarannya. Syamsuddin setuju dan pergilah mereka ketempat jalaluddin memberikan kuliahnya dan duduk bergabung dengan murid murid yang lain. Setelah beberapa saat mengikuti cerama Jalaluddin Rumi, Syamsuddin tiba tiba bangkit dari duduknya dan berteriak " hentikan omong kosong ini ! " Jalaluddin tersentak kaget. Amarah timbul dan ia berbalik menghardik " siapa kamu pengemis yang tak di undang ! ini adalah majelis pembicaraan tingkat tinggi yang tak akan terang oleh kaca pahamu! " sambil menatap tajam ke arah Syamsuddin. Meskipun Syamsuddin tersinggung dengan ucapan Jalaluddin namun ia tak membalas tatapannya, tapi ia palingkan pandangan muka ke lantai pasir. Mendapat tatapan marah Syamsuddin, lantai pasir pun menyala terbakar dan api mulai berkobar melahap bangunan. Jemaah majelis bubar dalam kepanikan dan api semakin tak terkendali sehingga akhirnya menjalar sampai ke perpustakaan Jalaluddin Rumi dan menghanguskan buku buku yang ada. Denga tenang Syamsuddin berjalan pergi meninggalkan kekacauan tersebut, namun segera di kejar oleh Jalaluddin yang kemudian bertanya :" wahai orang tak dikenal kenapa pasir terbakar oleh tataran matamu dan membakar habis perpustakaanku?" Syamsuddin menjawab: " ini adalah rahasia ilham yang kasyas yang tak terang akan terang oleh kaca pahamu ".
Perjumpaan ini merupakan titik balik dalam kehidupan Jalaluddin dalam diri Syamsuddin. Jalaluddin menemukan bayangan sempurna dari kekasih Tuhan yang telah lama di cari cari nya. Ia lempar semua kemegahan dan kesenangan duniawi, mengundurkan diri ke kehidupan menyendiri dalam ketaatan guru spiritual barunya, Syamsuddin at Tabriz. Selama sekitar dua tahun lamanya mereka tinggal bersama tak dapat dipisahkan. Perubahan tiba tiba dalam kehidupan Jalaluddin ini menimbulkan kecemburuan dan kegelisahan diantara murid muridnya. Mereka kemudian mengganggu Syamsuddin, melempari dengan batu dan mengancam dengan kekerasan. Mulanya Syamsuddin hanya bersabar namun akhirnya untuk tidak memperparah suasana, pada suat malam Syamsuddin diam diam meninggalkan Konya.
Keterpisahan dengan gurunya membuat Jalaluddin bersedih dan menjadi sangat gelisah. Prihatin dengan keadaan ayahnya, berangkatlah putra sulung Jalaluddin. Sultan Walat pergi mencari Syamsuddin. Setelah pencarian yang lama akhirnya Syamsuddin dapat di temui di Damaskus dan berhasil dibujuk kembali ke Konya. Jalaluddin sangat gembira dengan kembalinya Syamsuddin dan ia pun menjadi tenang kembali. Bagaimanapun juga kecemburuan murid murid Jalaluddin mulai timbul lagi dan mereka kembali mengganggu Syamsuddin. Sekali lagi Syamsuddin meninggalkan Konya pada tahun 1247 M dan sejak itu tak pernah bertemu kembali dengan Jalaluddin Rumi. Menurut sebuah riwayat Syamsuddin sebenarnya meninggal dibunuh oleh beberapa muridnya. Pertemuan dan perpisahan dengan guru spiritualnya, membuat perubahan besar dalam kehidupan Jalaluddin Rumi dan kerinduan yang dalam tak tertahankan membawanya ke dimensi spiritual yang tak pernah tersingkap sebelumnya.
Transformasi kerohanian ini memuncak yang hebat. Bagian awal dari buku "Mathnavi-i-Maanavi" (syair syaiir bermakna) biasa disingkat Mathnavi, karya abadinya yang agung di tulis dalam periode ini. Kerinduan Jalaluddin Rumi yang memuncak yang membawanya pada kondisi ektase dan membuatnya sering menari berputar putar secara spontan. Diriwayatkan bahwa suatu saat ketika Jalaluddin sedang berlalu di pasar tiba tiba ia menari berputar mengikuti irama dentingan palu seorang pandai besi yang sedang bekerja. Kelak setelah kematian Jalaluddin para pengikutnya kemudian mulai melembagakan tarian berputar Mevlevi yang khas dengan iringan syahdu seruling bambu.
Masa selanjutnya (1252-1261 M) kehidupan ruhani Jalaluddin bagaikan seorang yang pingsan berkali kali sampai akhir hayatnya. Setelah kepergian Syamsuddin, perhatian Jalaluddin dicurahkan pada muridnya yang bernama Sholahuddin Faridun Zarkub. Setelah kematian Shalahuddin pada tahun 1261 M, Jalaluddin kemudian menemukan inspirasi yang baru pada murid yang lain. Husamuddin Hasan Ibnu Muhammad, seorang yang namanya secara mistis dihubungkan dengan Mathnavi sebagai " buku Husam " dan menyamakan dirinya seperti " sebuah seruling bambu diatas kedua bibir Husamuddin" yang terus mengalirkan musik lengkingan syahdu yang ia ciptakan. Mathnavi tak diragukan lagi adalah buku yang paling populer dalam bahasa Persia. Buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan mendapat tempat terhormat diantara sedikit penyair abadi di dunia. Karya ini terdiri dari 6 buku dan memuat sekitar 26.600 bait dan diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Nilai nilai etik dan mistik nya dengan kisah kisah yang cerdas dan perumpamaan yang diambil dari kehidupan sehari hashi. Cara Jalaluddin menerangkan problem problem etik dan mistik yang berseluk beluk melalui cerita cerita yang realistik. Bersama dia seni mengajarkan moralitas melalui cerita, seperti dalam kehidupan yang sebenarnya telah mencapai puncaknya. Dia menunjukkan sifat sifat manusia yang tersembunyi dengan cara sedemikian pura, sehingga orang merasa telah mengetahui hal it sebelumnya.
Jalaluddin Rumi wafat pada tahun 1273 M dan dimakamkan di Moseum besar yang dibangun melingkupi kuburan ayahnya di Konya. Rakyat dari segala golongan dan lapisan mengantarkan jenazahnya, menangis, dan meratap. Orang orang kristen membaca injil dan orang orang Yahudi melantunkan Torat mereka. Raja Seljuk yang juga turut mengantarkan jenazah Jalaluddin Rumi, bertanya kepada mereka tentang hubungannya dengan Jalaluddin Rumi, mereka menjawab: " jika yang meninggal ini sekiranya sama dengan Nabi Muhammad SAW bagi anda, maka dia bagi kami seumpama kristus dan Musa". Nyatalah bahwa Jalaluddin Rumi tak hanya dikenal sebagai seorang Sholeh atau seorang penyair yang pandai atau ulama yang bijak namun ia adalah seorang sufi yang besar.
FATHIMAH BINTI MAIMUN
(Dewi Ratna Swari)
Muballighot pertama di pulau Jawa
ASAL TEMPAT FATHIMAH BINTI MAIMUN

Fathimah binti Maimun asalnya dari negeri Kedah. Kedah adalah Negara bagian Malaysia (Luas: 9,479 KM, penduduk: 701,486), terletak disebelah barat laut Malaya di tepi selat Sumatera. Ibu kota Alur Sittar, diperintah oleh seorang Sultan. Pada tahun 1909 Siam menyerahkan kekuasaannya atas Kedah kepada Inggris. Malaya adalah negara Federasi (Luas: 131,287 km, penduduk: 6,278,763), dibagian selatan Semenanjung Malaya ibu kota Kuala Lumpur.
SILSILAH FATHIMAH BINTI MAIMUN
1. Fathimah
2. Binti Sayyid Maimun
3. Sayyid Maimun bin Sayyid Hibbatulloh
4. Sayyid Hibbatulloh bin Sayyid Muqoddam Shiddiq
5. Sayyid Muqoddam Shiddiq bin Sayyid Idris Al Malik
6. Sayyid Idris Al Malik bin Sayyid Ahmad Al Baruni
7. Sayyid Ahmad Al Baruni bin Sayyid Abu Yazid Al Bishri
8. Sayyid Abu Yazid Al Bishri bin Sayyid Sulaiman Al Bishri
9. Sayyid Sulaiman Al Bishri bin Sayyid Ali Al 'Uroidli
10. Sayyid Ali Al 'Uroidli bin Sayyid Al Imam Ja'far Ash Shodiq ( wafat pada tahun 148 H di racun atas perintah Kholifah Abbasiyah Manshur )
11. Sayyid Al Imam Ja'far Ash Shodiq bin Sayyid Muhammad Al Bakir ( wafat pada tahun 113 H di racun oleh Ibrohim Al Walid Kholifah Abbasiyah )
12. Sayyid Muhammad Al Bakir bin Sayyid Al Imam Zainal Abidin
13. Sayyid Al Imam Zainal Abidin ( Wafat pada tahun 94 H diracun oleh Kholifah Abbasiyah Al Walid ) bin Sayyid Al Husain
Ibunya Sayyid Zainal Abidin anak puteri Raja Iran YAZDAJIR dinasti Sasan yang penghabisan, bernama Syah Zanan, ada pula yang menamakan Syahribanu.
14. Sayyid Imam Husain bin Sayyidina 'Ali r.a
Isterinya Sayyidina 'Ali adalah Sayyidatina FATHIMA AZZAHRO binti MUHAMMAD ROSULULLOH SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM
Sayyidina Hasan syahid gugur di Karbala pada Muharrom tanggal 10 tahun 16 H ( 10 Oktober 680 M )
15. Fathimah Azzahro binti Rosululloh SAW.
Jadi Fathimah binti Maimun silsilah nasabnya ke atas sampai Fathimah binti Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam ada 15 silsilah. Maka jelaslah dilihat dari silsilah nasabnya Fathimah adalah termasuk AHLI BAIT ROSULULLOH SAW.
Qola Rosululloh SAW : Kullu sababin wa nasabin munqothi'un yaumal qiyaamati illa sababi wanasabi.
Bersabda Rosululloh SAW : "Segala sebab dan segala nasab akan diputus pada hari Qiamat kecuali sebabku dan nasabku". ( 'An Umar wa'an Ibni Abbas, wa'an Mansur ). Rowahu Thobroni, wal Hakim, wal Baihaqi. Jami'us Shoghir/Kaf/234.
Qola Rosululloh SAW : Matsalu ahli baiti matsalu safinati nuhin man rokabaha naja waman takhollafa 'anha ghoroqo.
Bersabda Rosululloh SAW: "Perumpama Ahli Baitku perumpamaannya kapalnya Nuh. Barang siapa yang naik kapalnya selamat, dan barang siapa yang tidak mau naik dari padanya akan tenggelam". ('An Ibni Abbas wa'an Ibnu Zubair wa'an Abi Dzar). Rowahu Bazzar, wal Hakim. Jami'us Shoghir/Mim/291.
FATHIMAH MUBALLGHOT ISLAM
Qola Rosululloh SAW : Ballighu ' anni walaw aayatan.
Bersabda Rosululloh SAW: "Sampaikanlah dari ajaranku meskipun hanya satu ayat". ('An Ibni Umar). Rowahu Ahmad, wal Bukhori, wat Turmudzi. Jami'us Shoghir/ba'/113.
Berdasarkan Hadits ini tomat Islam laki laki maupun perempuan berkewajiban menyampaikan (da'wah) ajaran Islam meskipun hanya satu ayat. Hadits ini perintah supaya semua umat Islam menjadi mubaligh. Artinya mubaligh adalah orang yang menyampaikan ajaran Rosululloh dimana saja, kapan saja, dalam keadaan bahagiamanapun wajib berdakwah.
Makna seruan Rosululloh yang terbungkus dalam lokam hikmah hikmah "Ballighu 'anni walau aayatan" tersebut memancar bagaikan bahaya fajar shodiq yang masuk ke dalam jiwanya Fathimah binti Maimun melalui saringan otak dan fikiran, mengambang dalam sukma, kemudian membuhul tak terurai, menimbulkan nuqthotul gho'ib dalam lembaran rasa qolbu. Dari nuqoth membentuk huruf huruf gho'ib tersusun menjadi hikmah hikmah sirri menimbulkan himmatul 'ulya, yang mendorong rasa wajib menyampaikan ajaran Muhammad Rosululloh.
Meskipun puteri Sayyid Maimun Sultan Kedah Malaka yang bergelar Sultan Mahmud Mahdad Alim. Meskipun dia seorang puteri yang bergelimang dalam hidup kemewahan, akan tetapi tahta kerajaan, pujian, kehormatan duniawi, harta benda emas semuanya itu tak ada yang singgah dalam hatinya. Bagi Fathimah, Da'watul Haq, Da'watul Islamiyah itulah bagian dari hidupnya. Meskipun Fathimah telah menyadari bahwa antara negara Kedah dan Pulau Jawa terbentang lautan yang luas, gelombang yang kejar mengejar menggulung lepas di pantai, mungkin angin limbubu yang menimbulkan gelombang menggunung itu akan menenggelamkan kapal layar yang membawanya, mungkin pula dirinya akan terkubur dalam dasar lautan akan tetapi semuanya itu tidaklah akan dapat menguraikan tekad yang telah membuhul dalam jiwanya yang tertancapkan oleh sabda Rosululloh: "Ballighu 'anni walau aayatan".
Bagi Fathimah binti Maimun, geraknya kapal layar hanya karena dipermainkan oleh ombak. Ombak dipermainkan oleh angin, angin dipermainkan oleh reaksinya sinar matahari, matahari dipermainkan oleh Qudrot Alloh, sebagaimana tersebut dalam Al Qur an:
Wasysyamsu tajri limustaqorrillaha dzalika taqdirul 'azizil 'alim
"Dan matahari berjalan pada tempat tetapnya baginya. Demikian itu adalah takdir Dzat yang Maha Perkasa Maha Mengetahui". ( Yaasin 28 ).
Dengan Bismillah bertolaklah tiga kapal layar dari Kedah melalui Selat Malaka menuju Pulau Jawa.
1. Kapal bermuatan bahan makanan
2. Kapal bermuatan senjata senjata dan alat alat.
3. Kapal bermuatan para muballigh muballighot.
Kapal memakai bendera sutera hijau dengan tulisan ayat Al Qur an yang bunyinya:
Nashrun minallohi wafathun qoriibun wabasysyiril mukminin
"Pertolongan dari Alloh dan kemenangan dekat. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang beriman".
Adapun jumlah para muballigh dan muballighot semuanya ada tiga belas, yang lima wanita, yang delapan laki laki.
Lima orang muballighot iala:
1. Fathimah binti Maimun.
2. Kyai Seruni
3. Kyai Kaling
4. Kyai Kucing
5. Kyai Kamboja
Delapan muballigh ialah:
1. Sayyid Abdul Karim
2. Sayyid Ja'far
3. Sayyid Syarif
Tiga orang muballigh ini ialah saudaranya Sultan Mahmud Mahdad Alim. Jadi paman dari Sayyidah Fathimah.
4. Sayyid Abdul Jalal
5. Sayyid Abdul Jamal
6. Sayyid Jamaluddin
Tiga orang ini adalah tentaranya Sultan Mahmud
7. Raden Ahmad
8. Raden Sa'id
Dua orang laki laki ini bertugas sebagai penjaga atau penerima tamu.
Dalam perjalanan siang dan malam mengarungi lautan luas, berbantal gelombang, selimut angin, menempuh badai sepanjang perjalanan lautan yang luas, siang memandang samudera sejauh pandangan mata, lengkung langit yang kebiru biruan. Di waktu malam gelap gulita sekelilingnya hanya tampak kilatan ombak yang jelas mengejar, tindih menindih, riak menari nari yang di iringi oleh instrumen tali tali layar yang tertiup oleh angin sepoi sepoi dan suara air yang di kanan kirinya kapal sedang berlaju.
Setelah menempuh perjalanan yang jauh dengan susah payah, dengan keberanian yang menakjubkan, tetapi dengan harapan yang besar bergantung kepada NASHRUM MINALLOH, akhirnya bintang bintang muballigh muballighot pertama yang dalam perjalanan atas petunjuk bintang bintang di langit tersebut, sampailah ke Pelabuhan DOHO atau pelabuhan Gresik dengan selamat.
Dari pelabuhan Doho (Gresik) rombongan muballighin & muballighot berjalan terus ke arah barat, kemudian ke jurusan Tuban kira kira 7 KM dari kota Gresik, sampailah ke suatu tempat yang sekarang dinamakan Desa LERAN Kecamatan MANYAR Kabupaten GRESIK. Disitulah rombongan para Muballighin dan Muballighot tesebut menetap, dan mulai merintis perjuangan Islam di Jawa Timur.
Pokok ajaran Islam yang akan disiarkan Fathima binti Maimun adalah: Kalimat Tauhid, Kalimat Taqwa, Kalimat Thoyyibah, Kalimat Ikhlas yaitu :
LAA ILAAHA ILLALLOH MUHAMMAD ROSULULLOH
Kalimat: Laa ilaaha illalloh muhammadur rosululloh yang namanya macam macam tersebut di atas, dalam Al Qur an di ibaratkan sebuah pohon Thoyyibah. Oleh karena ajaran Islam itu di misalkan pohon yang baik maka tentulah pohon yang baik itu membutuhkan ditanam dengan baik. Sebelum pohon Thoyyibah itu ditanam dibumi jiwanya rakyat Nusantara ini, maka perlulah tempat yang akan ditanami itu digarap terlebih dahulu, istilah Jawa membuat LELERAN. Itulah sebanya nama desa itu dinamakan LERAN artinya tempat penggelaran, tempat untuk menabur benih: laa ilaaha illalloh muhammadur rosululloh. Sebelum Fathimah membuat leleran pada jiwa penduduk setempat maka terlebih dahulu Fathimah mengadakan pendekatan kepada rakyat setempat.
Cara Fathimah mengadakan pendekatan kepada rakyat kemudian beliau menambah namanya ditambah dengan nama: "DEWI RATNA SWARI". Dewi adalah nama penghormatan bagi kaum wanita. Ratna artinya permata yang mulia. Swari yaitu suara yang mengandung makna artinya perkataan.
Fathimah binti Maimun Dewi Ratna Swari sebagai seorang Muballighot pertama di Nusantara ini mempunyai sifat sifat shufiyah yang komplit. Beliau adalah seorang wanita yang mempunyai kemauan dakwa Islamiywah yang sangat kuat. Diantara sifat sifatnya yang perlu kita mengetahuinya yaitu: Kuat kemauannya, Keberanian Yang luar biasa, Cita cita luhur, Cinta kepada Alloh, Attawadlu', Al 'Ilmu, Attawakkal.
Orang berziaroh ke makamnya Fathimah binti Maimun tentulah mengetahui bahwa haruslah melalui dua pintu yaitu pintu pertama masuk ke halaman makam dan pintu ke dua masuk ke ruang makam. Dua pintu itu pendek pendek , jadi manusia manusia yang masuk haruslah merundukkan diri. Haruslah membungkuk seperti orang ruku' di dalam Sholat.
Menundukkan diri masuk ke dalam makamnya Fathimah binti Maimun itu bukan dimaksudkan supaya kita itu tunduk kepada kuburan, akan tetapi orang orang yang berziarah itu supaya mengerti bahwa orang yang makamkan didalam kuburan itu adalah orang orang yang ahli tawadhu' kepada Alloh Ta'ala, bukan orang orang takabur, bukan orang orang yang tinggi hati besar kepala.
Masuk ke dalam makam alas kaki harus di lepas, tidak berarti bahwa komplek makam itu suci akan tetapi itu adalah isyarat bahwa manusia manusia yang dimakamkan itu adalah orang orang yang hatinya, jiwanya, betul betul bersih mengabdi kepada Alloh Ta'ala. Sampai sampai ikhlas meninggalkan tanah airnya, ibu bapaknya, saudara saudaranya, rumahnya, kekayaannya, demi untuk menunaikan tugas: "BALLIGHU 'ANNI WALAU AAYAH"
Diluar makam Fathimah binti Maimun ada beberapa makam yang panjangnya sampai sembilan meter, jangan dikira bahwa orang yang dimakamkan itu panjangnya atau tingginya sembilan meter. Itu hanyalah isyarat bahwa perjuangan Islam yang diperjuangkan itu masih panjang lakonnya, dan supaya orang orang yang berziarah itu mau menyambung perjuangan Islam yang masih panjang itu.
KYAI MUCHTAR MU'THI
Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah

Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi adalah Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah beliau putra dari pasangan suami isteri H Abdul Mu'thi bin Kyai Ahmad Syuhada berasal dari Demak dan Nyai Nashihah binti Abdul Karim berasal dari Pati. Di lahirkan di desa Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur, tanggal 28 Agustus 1928. Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi adalah anak yang ke 12 dari 17 bersaudara. Dilihat dari silsilah nasab, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi memang keturunan dari kyai, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu, tak heran Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi sejak kecil telah mendapatkan bimbingan pendidikan ilmu ilmu agama dalam lingkungan keluarganya. Meskipun demikian secara formal Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi juga mengenyam pendidikan di madrasah Islamiyah, Ngeloh (sekarang Rejo Agung) kecamatan Ploso. Selanjutnya, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi belajar di pesantren Rejoso, Peterongan, kemudian dilanjutkan di Pesantren Tambak Beras, Jombang. Sepeninggal ayahnya H Abdul Mu'thi, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi mulai belajar ilmu Tasawuf pada Kyai Muntoha Kedung Macan, Sambong, Jombang. Kyai Muntoha tercatat sebagai guru Toriqoh Ahmadiyah.
Setelah menempuh pendidikan pesantren Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi menjadi guru madrasah di Lamongan, dan pada saat itulah bertemu dengan Syeikh Ahmad Syuaib Jamali Al Bateni yang pada akhirnya melimpahkan ilmu Thoriqoh pada Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi. Beliau mendapat pendidikan dan pengajaran Thoriqoh dari Sheikh Ahmad Syuaib Jamali Al Bateni dalam crass program atau program intensif lima tahun.
Mulai tahun 1959 M Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi mengajarkan Thoriqoh Shiddiqiyyah di desa Losari Ploso Jombang. Pada perkembangan terakhir ini, Thoriqoh Shiddiqiyyah sudah tersebar ke berbagai pelosok tanah air Indonesia bahkan ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Murid murid Shiddiqiyyah terus bertambah setiap hari dan diperkirakan sekarang ini lebih dari 5 juta orang. Mereka terdiri dari segala umur, berbagai tingkat sosial ekonomi dan berbagai profesi dan keahlian.
Karena pesatnya perkembangan kaum muslimin muslimat yang memerlukan bimbingan pelajaran Thoriqoh Shiddiqiyyah Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi sebagai Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah mengangkat wakil wakil yang disebut Kholifah yang bertugas mewakili Mursyid memberikan bimbingan pada murid murid Shiddiqiyyah diseluruh penjuru Nusantara. Kholifah yang pertama diangkat adalah Slamet Makmun sebagai murid pertama, kemudian di ikuti Duchan Iskandar, Sunyoto Hasan Ahmad, Ahmad Syafi'in, Syaifu Umar Ahmadi, Muhammad Munif dan lain lain hingga lebih dari 40 orang Kholifah.
Biografi singkat pimpinan atau Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah:
Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi
Lahir: Losari Ploso Jombang 28 Agustus 1928
Alamat: Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur.
Pendidikan:
- Madrasah Islamiyah Rejo Agung Ploso Jombang.
- Pesantren Tambak Besar Jombang.