Sabtu, 26 November 2011

Titk sentral seluruh ibadah

Didalam sebuah hadits diterangkan bahwa yang menjadi titik sentral seluruh ibadah adalah sholat :
 QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM:

AWWALU MAA YUHAASABU BIHIL `ABDU YAUMAL QIYAAMATI ASHSHOLAATU, FAIN SHOLAHAT SHOLAHA LAHU SAAIRU `AMALIHI, WA IN FASADAT FASADA SAAIRU `AMALIHI.
( `An Anas , Rowaahut Thobrooni fil Ausath wadl Dliyaa`)
Jaami`us Shoghiir / Jilid I / Huruf Alif / Hal 100 ).
Artinya : Bersabda Rosululloh S.A.W. : " Awal-awalnya sesuatu yang dihisab terhadap hamba pada hari qiyamat adalah persoalan sholat. Jika baik sholatnya maka bagi hamba itu baiklah seluruh amalnya, dan jika rusak sholatnya maka bagi hamba itu rusaklah seluruh amalnya ".
            Seluruh manusia setelah meninggalkan dunia akan menjadi penduduk akhirat, dan pada hari qiyamat itu pastilah semua hamba akan menghadapi persoalan-persoalan sehubungan dengan amalnya ketika di dunia ini.
Semua amalnya akan dihisab / ditanyakan / dihitung / dinilai.
Sholatnya akan dihisab, zakatnya akan ditanyakan, puasanya akan ditanyakan, masalah hajinya akan ditanyakan, masalah perekonomiannya akan ditanyakan.
             Walhasil nanti di hari qiyamat seluruh persoalan akan ditanyakan.
Dan kalau memang pada hari qiyamat itu segudang persoalan akan ditanyakan, lalu apakah sesuatu yang paling awal ditanyakan ?
Apakah yang paling awal dihisab itu soal puasa, zakat, haji, ataukah soal-soal lainnya ?  Tidak.
             Sebelum dipertanyakan soal-soal lain, maka yang menjadi kunci persoalan dan yang paling pertama ditanyakan ialah masalah sholat.
Oleh karena yang menjadi titik persoalan atau kunci persoalan ialah masalah sholat, maka perhatian kita harus kita sentralkan pada persoalan sholat.
 Inilah yang harus menjadi perhatian bagi umat Islam.
             Apabila setelah diperiksa ternyata persoalan sholat itu  "SHOLAHA" (baik), tidak mengecewakan, atau lulus, maka seluruh amalnya ikut saja atau nunut saja, sehingga  puasanya dinilai baik, zakatnya dinilai baik, hajinya dinilai baik, amar ma`rufnya dinilai baik.
Walhasil total semua ibadahnya dinilai baik, karena sholatnya sudah baik.
 FA IN SHOLAHAT SHOLAHA LAHU SAAIRU `AMALIHI.           
             Tetapi apabila setelah diperiksa ternyata persoalan sholat itu "FASADA" (rusak) : sholatnya rusak, sholatnya ngawur, sholatnya tidak berjiwa, sholatnya tidak bernilai sama sekali, maka seluruh amalnya ikut semua, total semua amalnya ikut dinilai tidak baik.
 WA IN FASADAT FASADA  SAAIRU `AMALIHI.
             Maka jelaslah bahwa sholat itu adalah titik sentralnya seluruh amal, hasil dan tidaknya seluruh amal itu ditentukan oleh sholatnya, baik dan buruknya seluruh amal itu tergantung pada sholatnya.
Begitulah hebatnya persoalan sholat.
             Oleh karena hadits ini sebagai pedoman besar yang menerangkan bahwa sesuatu yang menjadi titik sentral dan yang pertama ditanyakan adalah masalah sholat, maka mestinya sebagai umat Islam itu haruslah perhatian penuh-penuh ditujukan pada masalah sholat, bukan masalah lainnya.
Bahkan kadang-kadang masalah sholat itu tidak menjadi perhatian yang penuh, tapi hanya menjadi adat saja,  justru persoalan-persoalan selain sholat yang diperhatikan sampai mendetail. 
Ini adalah suatu tipuan yang menipu diri sendiri. 
            Selanjutnya yang perlu diketahui adalah :
Mengapakah ibadah sholat yang menjadi titik sentralnya semua ibadah ?
Mengapa bukan lainnya sholat ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar