Belajar Mendidik Anak dari Nabi Ibrahim
Ditengah
maraknya metode pendidikan anak yang ditawarkan, hadir spiritual
parenting berazaskan pada metode yang di ajarkan Allah dalam Al Qur’an
dan contoh dari Rasulullah. Dalam Islam peran ayah dalam mendidik
anaknya ternyata sangat dominan sebagaimana di kisahkan dalam Al
Quran. Di antaranta kisah Nabi Ibrahim yang berdialog dengan Ismail
anaknya, Kisah Lukman yang memberikan pelajaran dengan cara yang sangat
lembut dan penuh kasih sayang pada anaknya dapat di temui dalam Al Quran
.
Talkshow “Spiritual Parenting” yang di
selenggarakan oleh PP Salimah, Ibu Nurul Hidayati , ketua Umum PP
salimah mengingatkan kita untuk belajar dari Nabi Ibrahim yang
mengajak berdialog anaknya Ismail, untuk membuat keputusan sendiri
dalam hidupnya.
Sebagai mana ayat firman Allah : “Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata:”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab:”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. QS.
37:102
Dalam ayat ini terjadi dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail
tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil
melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah SWT
mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar .Bagaimana kah cara nya Nabi Ibrahim mendidik anak-anak nya hingga memiliki kesabaran dan ketaat yang sempurna pada Tuhannya ?
Jika orang tua suka memaksa kehendak
pada anak dipastikan akan berdampak tidak baik bagi anak. Dialog orang
tua dengan anak adalah metode Qur’ani, membiasakan berdialog dengan anak
untuk menentukan keputusan akan membuat anak memiliki harga diri, mampu
membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya. Pilihlah waktu
yang tepat saat berdialog dengan anak, misalnya setelah anak kenyang
setelah makan atau menjelang anak tidur, insya Allah anak akan senang
diajak berdialog dengan orang tuanya. Namun orangtua janganlah
menjadikan dialog sebagai upaya memaksakan kehendak orang tua .
Mari kita kaji di Al Qura’an surat
Ibrahim ayat 37-41, bagaimaa Nabi Ibrahim As berperan sebagai pemdidik
utama dalam keluarganya. Beliau adalah orang tua yang banyak mendoakan
anak-anak dan keluarganya dan menyandarkan keharapannya hanya pada
Allah.
“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan
kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka
dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami,
Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang
kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah,
baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang Telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku,
jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat,
Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan
kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]
Doa di atas adalah do`a Nabi Ibrahim,
yang darinya kita dapat memetik beberapa hikmah tentang bagaimana Nabi
Ibrahim mendidik putranya .
Pertama ; Mencari, membentuk lingkungan yang baik.
Representasi lingkungan yang shalihah
bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid
[rumah Allah]. Terdapat nilai lebih jika kita bertempat tinggal dekat
dengan masjid atau anak-anak kita lebih sering ke masjid, karena
memudahkan mereka mencintai masjid. Bila kita kesulitan menemukan
masjid, maka hendaknya kita tetap berusaha mencarikan dan membentuk
lingkungan yang baik bagi putra-putri kita.
Kedua ; Mendidik anak agar mendirikan shalat.
Nabi Ibrahim secara khusus berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan shalat.
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim :40)
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim :40)
Rasulullah saw memberikan arahan tentang
keharusan pembelajaran shalat kepada anak, “Suruhlah anak shalat pada
usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak shalat pada usia 10 tahun”.
Rasulullah saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak
melakukan shalat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini artinya
ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk shalat.
Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan shalat.
Ketiga ; Mendidik anak agar disenangi banyak orang.
Orang senang bergaul dengan anak kita,
seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan
manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari].
Keempat ; Mendidik anak agar dapat menjemput rezki yang Allah telah siapkan bagi setiap orang.
Anak dididik untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]
Anak dididik untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]
Kelima ; Mendidik anak dengan mempertebal terus keimanan, hingga merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah kepada mereka.
Keenam ; Mendidik anak agar
tetap memperhatikan orang-orang yang berjasa—sekalipun sekadar doa—dan
peduli terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik
yang ada sekarang maupun yang telah mendahuluinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar