Mujahadah, Perjuangan Manusia Menaklukan Hawa Nafsu
Musuh
terbesar manusia adalah hawa nafsu yang ada dalam dirinya, karena
watak hawa nafsu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan
memerintahkan kepada keburukan seperti yang dikatakan Zulaikha dalam
Al-Quran,
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (Yusuf:53)
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (Yusuf:53)
Selain
itu, watak hawa nafsu ialah sering bermalas-malasan, santai dan
menganggur, serta larut dalam syahwat. Jika manusia mengetahui itu
semua, maka hendaklah ia memobilisasi dirinya untuk berjuang melawan
hawa nafsunya serta berusaha dengan sungguh-sungguh mengerjakan apa
yang tidak ia kerjakan dengan serius, dan mengganti apa yang ia
sia-siakan dan ia tinggalkan. Dan membawa dirinnya ke dalam pembinaan
seperti itu hingga dirinya menjadi tentram, bersih, dan menjadi baik.
Itulah tujuan utama mujahadah (perjuangan) terhadapa hawa nafsu.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhoan) kami, benar-benar akan kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69)
Ketika seseorang berjuang melawan
dirinya agar menjadi baik, bersih, suci, tentram, berhak mendapat
kemuliaan Allah Ta’ala, dan keridhaan-Nya, maka ia mengetahui bahwa ini
adalah jalan orang-orang yang shalih dan orang-orang yang jujur,
kemudian ia berjalan di atas jalan tersebut karena ingin meniru mereka
dan menapaktilasi jejak-jejak mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam saja melakukan qiyamul lail hingga kedua kakinya bengkak.
Tentang hal tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
ditanya, kemudia beliau menjawab,
“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur.” (Diriwayatkan Muslim).
Adakah mujahadah yang lebih tinggi dari mujahdah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas? Demi Allah, tidak ada.
Pernah suatu hari Umar Bin Khaththab
radhiyallahu anhu luput dari shalat ashar berjama’ah maka beliau
memarahi dirinya dan langsung bersedakah dengan area tanahnya yang
harganya kira-kira dua ratus ribu dirham.
Jika Abdullah bin Umar radhiyallahu
anhuma ketinggalan shalat jama’ah, ia menghidupkan (tidak tidur untuk
ibadah) malam harinya. Pada suatu hari, ia menunda shalat Maghrib hingga
dua bintnag terbit, kemudian ia memerdekakan dua budaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Manusia terbaik ialah orang yang panjang umurnya, dan baik
amal perbuatannya.” (diriwayatkan At-Tirmidzi dan ia menghasankannya).
Cukuplah kisah di atas sebagai renungan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya
radhiyallahu anhum saja menggapai ridha Allah dengan bermujahadah, lalu
bagaimana dengan kita?……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar