Sabtu, 14 Januari 2012

MAULANA JALALUDDIN RUMI
Jalaluddin
Maulana (Tuan kami) Jalaluddin Rumi, salah satu guru sufi terbesar dan termasyhur, lahir di kota Balkh, Persia Utara, pada tanggal 6 Robi'ul Awwal thn 604 H, 29 Setember 1207 M. Beliau berasal dari keluarga ulama besar dan menurut riwayat masih keturunan Kholifah Islam pertama, Abu Bakar Shiddiq RA. Kakeknya, Jalaluddin Husain al Khotib adalah sarjana yang begitu di hormati sehingga Sultan Muhammad Khwarizm Shoh, mengawinkannya dengan anak perempuannya, ayah Jalaluddin Syeikh Bahauddin Walad, juga dikenal sebagai seorang ulama besar di zamannya.
Pada tahun 1202 M ketika Jalaluddin Rumi berusia 5 tahun secara mendadak ayahnya meninggalkan Balkh dengan membawa serta ratusan anggota keluarga dan pengikutnya berimigrasi besar besaran ke arah Barat. Kepindahan mereka kemungkinan di sebabkan oleh ancaman serangan tentara Mongol yang akan menyerbu kawasan tersebut. Saat rombongan besar ini melewati kota Nishapur, Syeikh Bahauddin sempat bertamu ke kediaman Syeikh Fariduddin Attar, seorang sufi yang tinggal di kota tersebut. Diriwayatkan bahwa Syeikh Fariduddin memeluk Jalaluddin Rumi kecil, dan meramalkan kebesaranya, mendoakan, serta memberi salinan dari kumpulan sajaknya "ASRAR NAMA".
Dari Nishapur, Syeikh Bahauddin terus ke Baghdad dan menetap selama tiga tahun, sebelum meneruskan ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, kemudian ke Zanjan dan tinggal selama setahun disana. Mereka pindah lagi ke utara hingga ke Turki (Rum) dan menetap di kota Malatya selama tujuh tahun. Disini Jalaluddin Rumi menikah dengan seorang wanita bernama Gauher Khatun yang kelak melahirkan dua putra Jalaluddin, Sultan Walad dan Alauddin. Penguasa Turki, Seljuk saat itu, Alauddin Kaikobad adalah seorang pengagum Syeikh Bahauddin dan mendengar kedatangannya Syeikh Bahauddin ke Rum, ia pun mengundangnya untuk tinggal di Konya ibu kota kerajaan Seljuk. Syeikh Bahauddin menyetujui undangan itu dan pada tahun 1229 M, berangkatlah ia beserta keluarganya untuk pindah ke Konya. Setibanya mereka disana, raja Seljuk dan bawahannya langsung menyambut Syeikh Bahauddin di luar kota dan mengiringinya dengan berjalan kaki. Syeikh Bahauddin wafat di kota ini dua tahun kemudian. Sekitar tahun itulah seorang bekas murid Syeikh Bahauddin ketika masih di Balkh, yang bernama Burhanuddin Muhaqqiq, datang di kota Konya dan menjadi pembimbing Jalaluddin Rumi. Diriwayatkan bahwa di bawah pengaruh Burhanuddin, Jalaluddin mulai di perkenalkan pada ajaran ajaran Tasawuf.
Jalaluddin Rumi selanjutnya merantau ke Aleppo pada tahun 1242 M, untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi di perguruan Al-'Alawwiyah, ia menetap disana. Dari Aleppo, Jalaluddin melanjutkan pendidikannya ke peguruan al-Muqodasiyah di Damaskus. Jalaluddin selanjutnya tumbuh menjadi seorang sarjana besar dan mendapat banyak pengikut yang datang dari berbagai pelosok dunia Islam. Pribadinya yang menarik membuat jumlah muridnya semakin bertambah hingga 4000 orang. Disaat Jalaluddin mencapai kemasyhuran tersebut datanglah di kota Konya seorang sufi pengembara bernama Muhammad bin Ali bin Malik Daad, yang selanjutnya dikenal sebagai Syamsuddin at-Tabriz. Kebetulan salah seorang murid Jalaluddin sering mendengarkan ajaran ajaran Syamsuddin at Tabriz. Dalam pandangan murid tersebut ajaran Syamsuddin tampak sangat bertentangan dengan apa yang didapatkan dari Jalaluddin Rumi. Merasa pemasaran, sang murid kemudian pada suatu saat mengajak Syamsuddin at Tabriz mendatangi salah satu kuliah Jalaluddin untuk mendengarkan ajarannya. Syamsuddin setuju dan pergilah mereka ketempat jalaluddin memberikan kuliahnya dan duduk bergabung dengan murid murid yang lain. Setelah beberapa saat mengikuti cerama Jalaluddin Rumi, Syamsuddin tiba tiba bangkit dari duduknya dan berteriak " hentikan omong kosong ini ! " Jalaluddin tersentak kaget. Amarah timbul dan ia berbalik menghardik " siapa kamu pengemis yang tak di undang ! ini adalah majelis pembicaraan tingkat tinggi yang tak akan terang oleh kaca pahamu! " sambil menatap tajam ke arah Syamsuddin. Meskipun Syamsuddin tersinggung dengan ucapan Jalaluddin namun ia tak membalas tatapannya, tapi ia palingkan pandangan muka ke lantai pasir. Mendapat tatapan marah Syamsuddin, lantai pasir pun menyala terbakar dan api mulai berkobar melahap bangunan. Jemaah majelis bubar dalam kepanikan dan api semakin tak terkendali sehingga akhirnya menjalar sampai ke perpustakaan Jalaluddin Rumi dan menghanguskan buku buku yang ada. Denga tenang Syamsuddin berjalan pergi meninggalkan kekacauan tersebut, namun segera di kejar oleh Jalaluddin yang kemudian bertanya :" wahai orang tak dikenal kenapa pasir terbakar oleh tataran matamu dan membakar habis perpustakaanku?" Syamsuddin menjawab: " ini adalah rahasia ilham yang kasyas yang tak terang akan terang oleh kaca pahamu ".
Perjumpaan ini merupakan titik balik dalam kehidupan Jalaluddin dalam diri Syamsuddin. Jalaluddin menemukan bayangan sempurna dari kekasih Tuhan yang telah lama di cari cari nya. Ia lempar semua kemegahan dan kesenangan duniawi, mengundurkan diri ke kehidupan menyendiri dalam ketaatan guru spiritual barunya, Syamsuddin at Tabriz. Selama sekitar dua tahun lamanya mereka tinggal bersama tak dapat dipisahkan. Perubahan tiba tiba dalam kehidupan Jalaluddin ini menimbulkan kecemburuan dan kegelisahan diantara murid muridnya. Mereka kemudian mengganggu Syamsuddin, melempari dengan batu dan mengancam dengan kekerasan. Mulanya Syamsuddin hanya bersabar namun akhirnya untuk tidak memperparah suasana, pada suat malam Syamsuddin diam diam meninggalkan Konya.
Keterpisahan dengan gurunya membuat Jalaluddin bersedih dan menjadi sangat gelisah. Prihatin dengan keadaan ayahnya, berangkatlah putra sulung Jalaluddin. Sultan Walat pergi mencari Syamsuddin. Setelah pencarian yang lama akhirnya Syamsuddin dapat di temui di Damaskus dan berhasil dibujuk kembali ke Konya. Jalaluddin sangat gembira dengan kembalinya Syamsuddin dan ia pun menjadi tenang kembali. Bagaimanapun juga kecemburuan murid murid Jalaluddin mulai timbul lagi dan mereka kembali mengganggu Syamsuddin. Sekali lagi Syamsuddin meninggalkan Konya pada tahun 1247 M dan sejak itu tak pernah bertemu kembali dengan Jalaluddin Rumi. Menurut sebuah riwayat Syamsuddin sebenarnya meninggal dibunuh oleh beberapa muridnya. Pertemuan dan perpisahan dengan guru spiritualnya, membuat perubahan besar dalam kehidupan Jalaluddin Rumi dan kerinduan yang dalam tak tertahankan membawanya ke dimensi spiritual yang tak pernah tersingkap sebelumnya.
Transformasi kerohanian ini memuncak yang hebat. Bagian awal dari buku "Mathnavi-i-Maanavi" (syair syaiir bermakna) biasa disingkat Mathnavi, karya abadinya yang agung di tulis dalam periode ini. Kerinduan Jalaluddin Rumi yang memuncak yang membawanya pada kondisi ektase dan membuatnya sering menari berputar putar secara spontan. Diriwayatkan bahwa suatu saat ketika Jalaluddin sedang berlalu di pasar tiba tiba ia menari berputar mengikuti irama dentingan palu seorang pandai besi yang sedang bekerja. Kelak setelah kematian Jalaluddin para pengikutnya kemudian mulai melembagakan tarian berputar Mevlevi yang khas dengan iringan syahdu seruling bambu.
Masa selanjutnya (1252-1261 M) kehidupan ruhani Jalaluddin bagaikan seorang yang pingsan berkali kali sampai akhir hayatnya. Setelah kepergian Syamsuddin, perhatian Jalaluddin dicurahkan pada muridnya yang bernama Sholahuddin Faridun Zarkub. Setelah kematian Shalahuddin pada tahun 1261 M, Jalaluddin kemudian menemukan inspirasi yang baru pada murid yang lain. Husamuddin Hasan Ibnu Muhammad, seorang yang namanya secara mistis dihubungkan dengan Mathnavi sebagai " buku Husam " dan menyamakan dirinya seperti " sebuah seruling bambu diatas kedua bibir Husamuddin" yang terus mengalirkan musik lengkingan syahdu yang ia ciptakan. Mathnavi tak diragukan lagi adalah buku yang paling populer dalam bahasa Persia. Buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan mendapat tempat terhormat diantara sedikit penyair abadi di dunia. Karya ini terdiri dari 6 buku dan memuat sekitar 26.600 bait dan diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Nilai nilai etik dan mistik nya dengan kisah kisah yang cerdas dan perumpamaan yang diambil dari kehidupan sehari hashi. Cara Jalaluddin menerangkan problem problem etik dan mistik yang berseluk beluk melalui cerita cerita yang realistik. Bersama dia seni mengajarkan moralitas melalui cerita, seperti dalam kehidupan yang sebenarnya telah mencapai puncaknya. Dia menunjukkan sifat sifat manusia yang tersembunyi dengan cara sedemikian pura, sehingga orang merasa telah mengetahui hal it sebelumnya.
Jalaluddin Rumi wafat pada tahun 1273 M dan dimakamkan di Moseum besar yang dibangun melingkupi kuburan ayahnya di Konya. Rakyat dari segala golongan dan lapisan mengantarkan jenazahnya, menangis, dan meratap. Orang orang kristen membaca injil dan orang orang Yahudi melantunkan Torat mereka. Raja Seljuk yang juga turut mengantarkan jenazah Jalaluddin Rumi, bertanya kepada mereka tentang hubungannya dengan Jalaluddin Rumi, mereka menjawab: " jika yang meninggal ini sekiranya sama dengan Nabi Muhammad SAW bagi anda, maka dia bagi kami seumpama kristus dan Musa". Nyatalah bahwa Jalaluddin Rumi tak hanya dikenal sebagai seorang Sholeh atau seorang penyair yang pandai atau ulama yang bijak namun ia adalah seorang sufi yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar